JENIS PENELITIAN
Berikut akan dijabarkan secara kompleks tentang bentuk-bentuk konkret dari penelitian –pengertian beserta contohnya- antara lain:
DESAIN PENELITIAN
Ada beberapa tipe desain penelitian yang umum dilakukan dalam penelitian. Berikut penjelasan singkat saja tipe-tipe desain penelitian tersebut:
Desain Penelitian Tindakan (Action Research Design)
Esensi desain penelitian ini adalah tindakan mengikuti siklus sehingga titik fokus adalah tindakan intervensi yang dilakukan selama waktu dalam berbagai bentuk. Strategi intervensi baru dilakukan dan proses siklus berulang sampai masalah terpecahkan.
Protokol ini berulang-ulang atau siklus di alam untuk mendorong pemahaman yang lebih dalam situasi tertentu dimulai dengan konseptualisasi dan partikularisasi masalah dan bergerak melalui beberapa intervensi dan evaluasi.
Desain Studi Kasus (Case Study Design)
Studi kasus merupakan penelitian mendalam tentang masalah penelitian tertentu, bukan survei statistik atau pertanyaan komparatif. Tujuan desain ini untuk mempersempit bidang yang sangat luas ke dalam satu atau beberapa hal yang spesifik.
Desain Kausal (Causal Design)
Studi kausalitas dianggap sebagai pemahaman fenomena bersyarat dalam bentuk, "Jika X, maka Y". Tujuan penelitian ini untuk mengukur dampak perubahan tertentu terhadap norma-norma dan asumsi yang ada.
Desain Cohort (Cohort Design)
Sering digunakan dalam ilmu medis, tetapi juga ditemukan dalam ilmu sosial terapan. Studi kohort mengacu pada penelitian yang dilakukan selama periode waktu yang melibatkan anggota populasi atau sampel yang dipersatukan oleh beberapa kesamaan atau kemiripan.
Desain Cross-Sectional (Cross-Sectional Design)
Desain cross-sectional memiliki tiga ciri khas yaitu ada dimensi waktu, ada perbedaan, dan kelompok dipilih berdasarkan perbedaan. Desain cross-sectional hanya mengukur perbedaan di antara berbagai orang, subyek atau fenomena, bukan proses perubahan.
Desain Deskriptif (Descriptive Design)
Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi.
Desain Eksperimental (Experimental Design)
Sebuah blue-print prosedur yang memungkinkan peneliti untuk mempertahankan kontrol atas semua faktor. Dalam melakukan hal ini peneliti menentukan atau memprediksi apa yang mungkin terjadi.
Penelitian eksperimental sering menggunakan prioritas waktu untuk konsistensi kausal dan besaran korelasi. Desain eksperimen klasik menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Desain Eksplorasi (Exploratory Design)
Desain eksplorasi dilakukan ketika tidak ada atau sedikit kajian penelitian atas suatu masalah. Fokusnya adalah mendapatkan wawasan lebih ketika masalah penelitian berada dalam tahap awal penyelidikan.
Desain eksplorasi sering digunakan untuk membangun pemahaman tentang cara terbaik untuk mempelajari masalah atau metodologi yang paling cocok untuk mengumpulkan informasi tentang masalah ini.
Desain Sejarah (Historical Design)
Tujuan desain ini adalah mengumpulkan, memverifikasi dan mensintesis bukti dari masa lalu untuk membangun fakta sehingga menerima atau menolak sebuah hipotesis.
Sumber-sumber sekunder dan berbagai bukti dokumenter primer yang otentik seperti buku harian, catatan resmi, laporan, arsip dan informasi non-tekstual informasi (peta, gambar, audio dan rekaman visual).
Desain Longitudinal (Longitudinal Design)
Studi longitudinal mengikuti sampel yang sama dari waktu ke waktu dalam jangka panjang dan membuat pengamatan berulang. Pengukuran diambil berkali-kali pada setiap variabel dalam periode waktu yang berbeda.
Desain Meta-Analisis (Meta-Analysis Design)
Meta-analisis adalah metodologi analisis yang dirancang secara sistematis untuk mengevaluasi dan merangkum hasil-hasil penelitian oleh para peneliti lain sehingga meningkatkan ukuran sampel secara keseluruhan.
Desain Observasional (Observational Design)
Menarik kesimpulan dengan membandingkan subyek terhadap kelompok kontrol dimana peneliti tidak memiliki kontrol atas percobaan. Ada dua jenis umum desain ini yaitu pengamatan langsung dan pengamatan tersembunyi.
Keuntungan studi observasional memungkinkan wawasan yang berguna dalam memahami fenomena dan menghindari kendala etis dan praktis dalam sebuah proyek penelitian besar dan rumit.
Desain Filosofis (Philosophical Design)
Dipahami sebagai pendekatan luas untuk memeriksa masalah penelitian dari desain metodologi, analisis filosofis dan argumentasi keras terhadap asumsi yang mendasari.
Pendekatan ini menggunakan alat-alat argumentasi yang berasal dari tradisi filsafat, konsep, model dan teori kritis, misalnya, relevansi logika dan bukti dalam perdebatan akademis untuk menganalisis argumen tentang isu-isu fundamental.
Desain Sequential (Sequential Design)
Penelitian sequential dilakukan dengan sengaja pendekatan serial di mana satu tahap akan selesai diikuti oleh tahap lainnya dan sebagainya. Setiap tahap dibangun dari tahap sebelumnya sampai data cukup selama selang waktu untuk menguji hipotesis.
Berikut akan dijabarkan secara kompleks tentang bentuk-bentuk konkret dari penelitian –pengertian beserta contohnya- antara lain:
a. Eksperimen
Penelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian
percobaan yang berusaha untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap
kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan
pengamatan terhadap efek atau pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut
dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap
variabel bebas dan pengaruhnya diamati pada variabel terikat. Menurut Emzir (2008:96-103)
desain penelitian ekperimen dibagi menjadi empat bentuk yakni, pre-experimental design, true experimental design, quasy experimental design dan factorial design.
Contoh:
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TANDUR
Berbantuan Web Interaktif Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan
Komunikasi Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang. (Kuasi Eksperimen
terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Malang
Tahun Ajaran 2010/2011). (Sumber:
perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak
diterbitkan).
b. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak
mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual
atau menggunakan angka-angka. (Sukmadinata, 2006:5)
Penelitian deskriptif, bisa
mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan
dalam tahapan-tahapan perkembangannya, penelitian demikian disebut penelitan
perkembangan (Developmental Studies).
Dalam penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan
waktu.
Contoh:
Manajemen
Pengembagan Kinerja Guru SMK se-Kabupaten Kuningan: Studi Tentang Kepemimpinan Entrepeuneur Dan
Sistem kompensasi Kreativitas dan Kinerja Inovatif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri
Malang, skripsi tidak diterbitkan).
c. Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu
penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah
ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya
hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena dengan mengetahui tingkat
hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan
penelitian. (Sukardi, 2003:166)
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian
untuk memeriksa hubungan diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis
pernyataan yang menyatakan hubungan, yaitu: (1) gabungan antara dua konsep, ada
semacam pengaruh dari suatu konsep terhadap konsep yang lain; (2) hubungan
kausal, ada hubungan sebab akibat. Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan
sebagai varibel bebas dan akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada
penelitian korelasi tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel.
Contoh:
Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal Pada
Remaja (Studi korelasi
pada remaja tunanetra yang mengalami ketunanetraan tidak sejak dari lahir di
PSBN Wyata Guna Bandung). (Sumber: repository.upi.edu).
d. Komparatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana
ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi
variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa komparatif melibatkan
kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu
terhadap variabel lainnya kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel
penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa
lalu dan saat ini atau situasi-situasi paralel yang berbeda, khusunya apabila
peneliti tidak memiliki kontrol terhadap situasi yang diteliti. Penelitian ini
bisa memiliki perspektif makro (misal: internasional,nasional) dan mikro
(misal: komunitas, individu).
Contoh:
Studi Komparatif
Penerapan Model Contextual Teaching and
Learning (CTL)
dengan Model Problem Based Learning (PBL) dalam
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dan Elektronika Di SMKN 12 Bandung. (Sumber: repository.upi.edu).
e. Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang
bertujuan untuk memriksa proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang
bersifat kompleks dan terlibat di dalam program. Misalnya adalah keefektifan, efisiensi dan kemenarikan
suatu program (Mukhadis, 2013:61).
Contoh:
Evaluasi Proses
Pembelajaran TIK SMA Negeri di Kota Malang Berdasarkan Pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar
Proses. (Deskriptif tentang kondisi proses pembelajaran mata pelajaran TIK SMA
di Kota Malang Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah populasi 10 SMA Negeri dan
sampel penelitian sebanyak 5 SMA Negeri). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak
diterbitkan).
f. Simulasi
Penelitian simulasi merupakan bentuk penelitian yang
bertujuan untuk mencari gambaran melalui sebuah sistem berskala kecil atau
sederhana (model) dimana di dalam model tersebut akan dilakukan manipulasi atau
kontrol untuk melihat pengaruhnya. Penelitian ini mirip dengan penelitian
eksperimental, perbedaannya adalah di dalam penelitian ini membutuhkan
lingkungan yang benar-benar serupa dengan keadaan atau sistem yang asli.
Contoh:
Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai Outcome Pada Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Pengambilan Keputusan pada Toko NAFC Collection). (Sumber: repository.upi.edu)
Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai Outcome Pada Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Pengambilan Keputusan pada Toko NAFC Collection). (Sumber: repository.upi.edu)
g. Survey
Survey research designs are procedures in quantitative research in which
investigators administer a survey to a sample or to the entire population of
people to describe the attitudes, opinions, behaviors, or characteristics of
the population. (Creswell, 2012: 376)
Penelitian survey digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan
sampel yang relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang,
instansi, lembaga, organisasi dan unit-unit kemasyarakatan dan lain-lain,
tetapi sumber utamanya adalah orang. Desain survey tergantung pada penggunaan
jenis kuisoner. Survey memerlukan populasi yang besar jika peneliti
menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata, semakin besar sample survey
semakin memberikan hasil akurat. Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama
yaitu menggambarkan keadaan saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan
sekarang untuk membandinkan, menentukan hubungan kejadian yang spesifik.
Contoh:
Stress and Burnout
in Rural and Urban Secondary School Teachers. Journal of Educational Research. 1999. 92, pg. 287–293. (dalam
Creswell, 2012:378)
h. Studi
Kasus
Sebuah studi kasus adalah
eksplorasi mendalam dari sistem terikat (misalnya,
kegiatan, acara, proses,
atau individu) berdasarkan pengumpulan data yang luas. Studi kasus
melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai suatu entitas
atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk penelitian dalam hal waktu,
tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk memahami bahwa kasus dapat berupa
individu, program, kegiatan, sekolah, ruang kelas, atau kelompok. Setelah kasus
didefinisikan dengan jelas, peneliti menyelidiki mereka secara mendalam,
biasanya menggunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti wawancara,
observasi lapangan, dan dokumentasi.
Studi kasus
kolektif; (a) melibatkan beberapa kasus, (b) dapat terjadi selama bertahun situs,
dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka konseptual untuk studi kasus
adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi mendalam tentang kasus, peneliti
akan mencapai pemahaman mendalam tentang kasus ini, apakah kasus itu adalah
seorang individu, kelompok, kelas, atau sekolah.
Contoh:
Butera, G. 2005.
Collaboration in the context of Appalachia: The case of Cassie. The Journal of Special Education, 39(2):
106–116.
Butera (2005)
menggunakan studi kasus dan data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi,
dan dokumen untuk menggambarkan kolaborasi tim dengan anak 4 tahun di West
Virginia. (Stoner, 2010: 21)
i. Teori
Dasar (Grounded Theory)
Grounded Theory merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk mengembangkan atau
menemukan teori yang didasarkan pada studi fenomena. Dengan menggunakan grounded theory, peneliti sengaja (a)
memilih peserta yang mengalami fenomena yang sedang dipelajari, (b)
menganalisis data (yaitu, wawancara, dokumen, dan catatan), dan (c) mendekati
fenomena yang diteliti tanpa prasangka pengertian. Kerangka konseptual ini
memungkinkan suara peserta muncul , mensyaratkan bahwa peneliti
mengidentifikasi tema utama atau konsep dari data peserta , dan memberikan
jalan untuk mengembangkan teori dari perspektif peserta .
Most grounded theory researchers will begin with research
questions but they do not start with a hypothesis, nor do they begin their
investigation with a thorough review of the literature relating to their topic.
They build up theory from their data and they do not wait until all data are
collected before they begin the analysis stage. (Bell, 2005: 19)
Contoh:
Bays, D. A., &
Crockett, J. B. 2007. Investigating Instructional Leadership For Special
Education. Exceptionality, 15(3):
143–161.
Pendekatan grounded
theory digunakan oleh Bays dan Crockett (2007) untuk menyelidiki kepemimpinan
instruksional untuk pendidikan khusus di sekolah dasar. (Stoner, 2010: 22)
j. Etnografi
Ethnographic researchers attempt to develop an understanding
of how a culture works and many methods and techniques are used in this such
us: participant observation, interview, mapping and charting, interaction
analysis, study of historical records and current public documents, the use of
demographic data. (Bell,
2005:16)
Etnografi adalah
analisis mendalam dari kelompok sosial. Data biasanya dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, dan dokumen. Jenis penelitian ini berfokus pada membangun
catatan perilaku dan kepercayaan dari kelompok dari waktu ke waktu. Etnografi
mengharuskan peneliti berpartisipasi, baik sebagai pengamat atau peserta aktif,
waktu interaksi yang cukup lama dengan kelompok yang diteliti. Kerangka
konseptual etnografi adalah bahwa keterlibatan langsung ke dalam budaya
kelompok akan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia dari perspektif
kelompok, dan melihat yang akan memberikan pemahaman tentang perilaku dan
keyakinan kelompok.
Contoh:
Harry, Klingner,
& Hart. 2005. African American families under fire: Ethnographic views of
family strengths. Remedial and Special
Education, 26(2): 101–112.
Harry, Klingner,
dan Hart (2005) menerbitkan sebuah studi etnografi siswa Amerika keturunan
Afrika dalam pendidikan khusus di sebuah distrik sekolah beragam budaya
perkotaan. (Stoner, 2010: 22)
k. Kultural
Penelitian kultural (budaya) merupakan penelitian
yang dilakukan atas objek berupa unsur atau gejala budaya dengan menggunakan
perangkat metodologis yang tercakup di dalam ilmu pengetahuan budaya. Unsur
atau gejala budaya adalah unsur atau gejala yang terdapat di dalam suatu
masyarakat yang berkaitan dengan perangkat nilai-nilai, pemikiran, dan hasil
budi daya dalam bentuk interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya atau
segi hasil pemikiran atau kreasi anggotanya yang terungkap dalam wujud tulisan
atau benda-benda.
Contoh:
Identifikasi Ajen Budaya Sunda Dina Wawacan Jaka
Bayawak.
(Sumber:
repository.upi.edu).
l. Historis
Penelitian historikal merupakan bentuk penelitian
yang memiliki tujuan untuk menggambarkan fakta dan menarik kesimpulan atas kejadian
masa lalu. Data primer dari penelitian ini adalah data yang bersifat historis,
misalnya para arkeolog menggunakan sumber data berupa dokumentasi tentang masa
lalu. Penelitian historikal dapat digunakan untuk menemukan solusi sementara
berdasarkan kejadian masa lalu dan menggambarkan tren masa kini atau masa
depan.
Kothari (2004)
mengategorikan jenis penelitian histori ke dalam dua pendekatan, yaitu
pendekatan perspektif –mempelajari kegiatan/agenda masa lampau sampai sekarang-
dan pendekatan retroperpektif –mempelajari kegiatan/agenda saat ini kemudian
dihubungkan dengan hal serupa di masa lalu-.
Contoh:
Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy Kabupaten Subang 1975-1999
(Suatu Kajian Historis Terhadap Sosial Budaya Masyarakat). (Sumber: repository.upi.edu).
m. Etnologi
Penelitian etnologi merupakan penelitian yang fokus
kepada perilaku manusia. Peneliti lebih condong menggunakan interpretasi
langsung dari perilaku subjek yang diteliti daripada melakukan interpretasi
dari segi teoritik. Peneliti harus
berusaha untuk tidak nampak sebagai peneliti, karena bila tidak demikian
interpretasi atas data yang didapat dari responden akan terpengaruh.
Contoh:
Eufemisme Dalam Bahasa Simalungun (Suatu Kajian
Sosiolinguistik) (Sumber:
repository.usu.ac.id).
n. Penelitian
Praktis (Penelitian Tindakan/Action
Reasearch)
Action research designs often utilize
both quantitative and qualitative data, but they focus more on procedures
useful in addressing practical problems in schools and the classrooms. Action research
designs are systematic procedures used by teachers (or other individuals in an
educational setting) to gather quantitative and qualitative data to address
improvements in their educational setting, their teaching, and the learning of
their students (Creswell, 2012:577).
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang
berisi berbagai macam prosedur untuk menguraikan kasus-kasus yang bersifat
mikro atau khusus. Simpulan dari penelitian tindakan langsung diberlakukan
hanya untuk kasus yang diteliti dan tidak bisa digeneralisasikan. Penelitian
tindakan lebih condok ke metode kualitatif yang sangat bergantung pada data
penagamatan yang bersifat behavioralistik.
Contoh:
Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang
Melalui Metode Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III B SDN
Cicadas 03 Gunung Putri Bogor). (Sumber:
repository.upi.edu).
DESAIN PENELITIAN
Ada beberapa tipe desain penelitian yang umum dilakukan dalam penelitian. Berikut penjelasan singkat saja tipe-tipe desain penelitian tersebut:
Desain Penelitian Tindakan (Action Research Design)
Esensi desain penelitian ini adalah tindakan mengikuti siklus sehingga titik fokus adalah tindakan intervensi yang dilakukan selama waktu dalam berbagai bentuk. Strategi intervensi baru dilakukan dan proses siklus berulang sampai masalah terpecahkan.
Protokol ini berulang-ulang atau siklus di alam untuk mendorong pemahaman yang lebih dalam situasi tertentu dimulai dengan konseptualisasi dan partikularisasi masalah dan bergerak melalui beberapa intervensi dan evaluasi.
Desain Studi Kasus (Case Study Design)
Studi kasus merupakan penelitian mendalam tentang masalah penelitian tertentu, bukan survei statistik atau pertanyaan komparatif. Tujuan desain ini untuk mempersempit bidang yang sangat luas ke dalam satu atau beberapa hal yang spesifik.
Desain Kausal (Causal Design)
Studi kausalitas dianggap sebagai pemahaman fenomena bersyarat dalam bentuk, "Jika X, maka Y". Tujuan penelitian ini untuk mengukur dampak perubahan tertentu terhadap norma-norma dan asumsi yang ada.
Desain Cohort (Cohort Design)
Sering digunakan dalam ilmu medis, tetapi juga ditemukan dalam ilmu sosial terapan. Studi kohort mengacu pada penelitian yang dilakukan selama periode waktu yang melibatkan anggota populasi atau sampel yang dipersatukan oleh beberapa kesamaan atau kemiripan.
Desain Cross-Sectional (Cross-Sectional Design)
Desain cross-sectional memiliki tiga ciri khas yaitu ada dimensi waktu, ada perbedaan, dan kelompok dipilih berdasarkan perbedaan. Desain cross-sectional hanya mengukur perbedaan di antara berbagai orang, subyek atau fenomena, bukan proses perubahan.
Desain Deskriptif (Descriptive Design)
Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi.
Desain Eksperimental (Experimental Design)
Sebuah blue-print prosedur yang memungkinkan peneliti untuk mempertahankan kontrol atas semua faktor. Dalam melakukan hal ini peneliti menentukan atau memprediksi apa yang mungkin terjadi.
Penelitian eksperimental sering menggunakan prioritas waktu untuk konsistensi kausal dan besaran korelasi. Desain eksperimen klasik menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Desain Eksplorasi (Exploratory Design)
Desain eksplorasi dilakukan ketika tidak ada atau sedikit kajian penelitian atas suatu masalah. Fokusnya adalah mendapatkan wawasan lebih ketika masalah penelitian berada dalam tahap awal penyelidikan.
Desain eksplorasi sering digunakan untuk membangun pemahaman tentang cara terbaik untuk mempelajari masalah atau metodologi yang paling cocok untuk mengumpulkan informasi tentang masalah ini.
Desain Sejarah (Historical Design)
Tujuan desain ini adalah mengumpulkan, memverifikasi dan mensintesis bukti dari masa lalu untuk membangun fakta sehingga menerima atau menolak sebuah hipotesis.
Sumber-sumber sekunder dan berbagai bukti dokumenter primer yang otentik seperti buku harian, catatan resmi, laporan, arsip dan informasi non-tekstual informasi (peta, gambar, audio dan rekaman visual).
Desain Longitudinal (Longitudinal Design)
Studi longitudinal mengikuti sampel yang sama dari waktu ke waktu dalam jangka panjang dan membuat pengamatan berulang. Pengukuran diambil berkali-kali pada setiap variabel dalam periode waktu yang berbeda.
Desain Meta-Analisis (Meta-Analysis Design)
Meta-analisis adalah metodologi analisis yang dirancang secara sistematis untuk mengevaluasi dan merangkum hasil-hasil penelitian oleh para peneliti lain sehingga meningkatkan ukuran sampel secara keseluruhan.
Desain Observasional (Observational Design)
Menarik kesimpulan dengan membandingkan subyek terhadap kelompok kontrol dimana peneliti tidak memiliki kontrol atas percobaan. Ada dua jenis umum desain ini yaitu pengamatan langsung dan pengamatan tersembunyi.
Keuntungan studi observasional memungkinkan wawasan yang berguna dalam memahami fenomena dan menghindari kendala etis dan praktis dalam sebuah proyek penelitian besar dan rumit.
Desain Filosofis (Philosophical Design)
Dipahami sebagai pendekatan luas untuk memeriksa masalah penelitian dari desain metodologi, analisis filosofis dan argumentasi keras terhadap asumsi yang mendasari.
Pendekatan ini menggunakan alat-alat argumentasi yang berasal dari tradisi filsafat, konsep, model dan teori kritis, misalnya, relevansi logika dan bukti dalam perdebatan akademis untuk menganalisis argumen tentang isu-isu fundamental.
Desain Sequential (Sequential Design)
Penelitian sequential dilakukan dengan sengaja pendekatan serial di mana satu tahap akan selesai diikuti oleh tahap lainnya dan sebagainya. Setiap tahap dibangun dari tahap sebelumnya sampai data cukup selama selang waktu untuk menguji hipotesis.
Comments